Salah satu anak laki-laki saya sangat menyayangi ikan peliharaannya.
Dia mempunyai sebuah akuarium yang sangat besar di kamar tidurnya. Di
dalam akuarium itu dia memelihara tujuh ekor ikan mas yang cantik. Dia
membeli ikan mas itu sejak mereka masih 'bayi' dan mengawasi
pertumbuhan mereka sampai mencapai ukuran yang besar. Dia memberi
makan kepada ikan itu setiap hari, dan memastikan bahwa pompa
sirkulasi air dan alat peniup gelembung udaranya tetap bekerja.
Pada
suatu musim panas, ada gelombang panas yang melanda banyak wilayah di
Kanada dan Amerika Serikat. Temperatur yang mencapai rekor sangat tinggi
dan bertahan selama beberapa minggu, serta membebani jaringan listrik.
Suatu hari, dalam keadaan panas membakar, sistem pembangkit listrik
rusak dan membuat sebagian besar daerah Amerika Utara bagian timur tidak
mendapat aliran listrik.
Tiba-tiba, semua
kenyamanan yang sudah biasa kami nikmati hilang. Kompor, AC, lampu, dan
bahkan aliran air diputus karena kekurangan tenaga listrik. Rumah kami
berantakan. Kami sangat kepanasan, airnya tidak mengalir, dan rumah kami
dalam keadaan gelap gulita sepanjang malam. Dalam keadaan kacau balau,
kami lupa memeriksa akuarium.
Keesokan pagi harinya, saya pergi ke luar untuk bermeditasi. Namun, baru
beberapa menit berlalu, saya sudah tidak bisa duduk diam. Saya merasa
seolah-olah ikan anak saya sedang "berteriak-teriak" di dalam kepala
saya. Saya memutuskan untuk menyelesaikan meditasi pagi saya dan mencoba
mengabaikan kegelisahan dan pikiran saya tentang ikan yang timbul
berulang kali. "Saya akan melihat mereka sesudah saya selesai
bermeditasi," saya berkata pada diri saya sendiri. Tetapi "suara" ikan
itu bergema semakin keras ke dalam otak saya. Akhirnya, saya tidak dapat
duduk lebih lama lagi. Saya harus memeriksa akuarium itu.
Saat
saya bergegas ke kamar anak laki-laki saya, saya merasakan sebuah
gelombang kekhawatiran menyapu diri saya. Ketika saya sampai ke tangki
air, saya menyadari apa sebabnya. Ikan itu "berterika-teriak" kepada
saya, karena mereka sedang sekarat! Karena listrik dan pompa gelembung
air tidak bekerja, maka ikan itu tidak mendapat cukup oksigen di dalam
air. Ketujuh ekor ikan itu megap-megap di permukaan air. Dua ekor di
antaranya bahkan sudah hampir mati.
Saya
segera mengambil sebuah ember dan memasukkan air dari akuarium ke
dalamnya. Lalu saya berdiri kira-kira tiga kaki di atasnya dan
menuangkan air itu kembali ke dalam akuarium sehingga menciptakan sebuah
"air terjun." Gelembung air segera muncul di dalam air. Saya terus
melakukannya untuk waktu yang lama, sampai ikan-ikan itu mulai berenang
kembali. Anak laki-laki saya membantu mengulangi pekerjaan itu beberapa
kali sepanjang hari itu sampai listrik menyala kembali beberapa jam
kemudian. Walaupun dua ikan tidak tertolong, akan tetapi lima ikan
sisanya dapat segera pulih. Mereka sebaliknya menjadi lebih cantik
dengan berlalunya waktu. Terima kasih Tuhan, saya kelak akan terus
memperhatikan terikan ikan saya!
Cerita ini berakhir
dengan sangat bahagia. Ikan itu kemudian "memberitahu" saya bahwa
mereka membutuhkan tempat yang lebih luas untuk berenang. Begitu
mendengar hal ini, salah seorang tetangga kami membangun sebuah
kolam yang cantik di luar rumah yang diperlengkapi dengan sebuah
air terjun dan dikelilingi oleh bunga serta pohon-pohon besar yang
teduh. Dia lalu "mengadopsi" ikan mas anak saya. Ikan-ikan itu
pada akhirnya melewati tahun-tahun terakhir mereka di dalam surga!(http://kontaktuhan.org/news/news185/an_28.htm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar